MEWUJUDKAN CITA-CITA INDONESIA BEBAS TUBERKULOSIS 2035
Masalah Tuberkulosis di Indonesia
Meskipun hanya memiliki jumlah penduduk sekitar 261 juta,
Indonesia menduduki peringkat ke-2 di dunia dalam jumlah kasus
tuberkulosis (TB), baik dalam jumlah keseluruhan kasus maupun kasus baru,
mengalahkan Cina yang memiliki 1,4 milyar penduduk (peringkat ke-3).
Hanya 1 negara yang lebih buruk jumlah kasus TB-nya dari Indonesia, yaitu India yang memiliki jumlah penduduk 1,3 milyar. Indonesia memiliki 3 permasalahan sekaligus terkait TB. yaitu TB itu sendiri, TB multidrug-resistant (MDR) atau kebal obat, serta TB dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Di Indonesia, diperkirakan terdapat 647 kasus TB setiap 100.000 penduduk dengan jumlah kasus baru mencapai 1 juta / tahun. Kematian akibat TB mencapai 100.000 / tahun, di luar pasien TB dengan HIV. Masalah di Indonesia semakin berat dengan infeksi HIV yang mencapai 4,4% dari kasus TB baru. Angka kesembuhan menurun dari 90,1% menjadi 85%.
Angka deteksi kasus masih rendah sebesar 32% dengan kasus hilang (tidak tercatat) mencapai 67% (670.000). Indonesia juga memiliki masalah tingginya kasus TB MDR dengan 2,8% dari kasus TB baru serta mencapai 16% dari kasus TB yang pernah diobati juga sebelumnya. Indonesia bersama 5 negara lain termasuk negara terbanyak dengan kasus MDR yang tidak diobati.
Negara kita bersama 13 negara lain memiliki kombinasi 3
masalah yaitu TB, TB MDR, dan TB-HIV Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia Dokter paru sejak awal kelahirannya tidak pernah bisa dipisahkan
dengan perjuangan melawan TB. Bahkan sejak masa pendudukan Belanda, dokter
paru yang saat itu disebut “Long-Arts” sudah berjuang menangani TB di
sanatorium-sanatorium dan biro konsultasi yang didirikan Centrale
Vereeniging voor Tuberculose Bestrijding (CVT) yang di kemudian hari bernama
Stiching Centrale Vereeniging tot Bestrijding der Tuberculose (SCVT).
Consultatie Bureaux diubah menjadi Balai Pengobatan Penyakit Dada (BPPD)
dan dokter paru
melanjutkan perjuangannya di sana. Sampai kini, dokter paru tetap berjuang memberantas TB
Penemuan Kasus sebagai Langkah Awal Pemberantasan TB
melanjutkan perjuangannya di sana. Sampai kini, dokter paru tetap berjuang memberantas TB
Penemuan Kasus sebagai Langkah Awal Pemberantasan TB
Tanpa penemuan dan pencatatan kasus TB yang optimal pengentasan TB
sulit dicapai. Berdasarkan data Rises Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 dan
Balitbangkes didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah mengetahui
gejala TB (78%). Masyarakat juga tahu TB dapat disembuhkan (73%). Namun
sayang, banyak yang tidak tahu bahwa pengobatan TB bisa didapatkan secara
gratis (81%). Sebagian besar orang dengan TB ke fasilitas kesehatan non-pemerintah
saat awal mencari pertolongan (74%). Sayangnya, 52% orang dengan gejala TB
langsung ke apotik dan toko obat untuk membeli obat TB lalu diminum tanpa
melalui prosedur diagnosis dan
pengobatan yang benar. Obat hanya diminum 1 atau 2 jenis, lalu dihentikan dalam beberapa minggu saat gejala mereda dan terasa membaik.
pengobatan yang benar. Obat hanya diminum 1 atau 2 jenis, lalu dihentikan dalam beberapa minggu saat gejala mereda dan terasa membaik.
Kasus yang tidak jelas diagnosis ini, atau dibuat diagnosisnya tapi
tidak secara benar, tidak tercatat, apalagi tidak diobati dengan benar ini
dikuatirkan beberapa waktu kemudian menyebabkan kondisi semakin parah.
Yang sangat berbahaya adalah jika kuman TB di tubuh pasien tersebut
berubah sifat menjadi kebal obat / MDR dan terus menulari keluarganya dan
lingkungan sekitar.
lingkungan sekitar.
Public-Private Mix (PPM) atau Kemitraan Swasta-Pemerintah
Salah satu solusi yang ditawarkan dokter paru dengan begitu
besarnya proporsi pasien yang berobat ke fasilitas non-pemerintah adalah
Public Private Mix (PPM). PDPI merupakan yang pertama menerima
International Standard for TB Care (ISTC), suatu standar penanganan TB yang
diakui internasional, dan juga mendorong dunia kedokteran Indonesia untuk
menerapkan prinsip-prinsipnya. PDPI juga merasa kemitraan melalui PPM
adalah suatu hal yang penting.
Konsekuensi dari mengikuti standar internasional dalam penanganan TB yang sudah terbukti keberhasilannya di dunia ini, maka pencatatan dan penanganan TB yang terstandarisasi harus dilakukan, termasuk di sektor swasta. Pada awalnya hanya 25% RS swasta di Indonesia yang terhubung dengan program TB pemerintah. PDPI memulai program PPM di
Indonesia dengan bekerja sama dengan American Thoracic Society (ATS), sebuah perhimpunan dokter kesehatan pernapasan Amerika Serikat sejak tahun 2010.
Masing-masing wilayah perjuangan PDPI memiliki karakteristik, prestasi, dan masalah tersendiri. Secara umum dalam program PPM PDPI dilakukan proses rekrutmen, pelatihan PPM, kunjungan supervisi, rapat koordinasi dengan dinas kesehatan (dinkes), pembuatan memorandum of understanding (MoU) dengan dinkes, penanganan TB sesuai standar, notifikasi, analisis indikator, serta monitoring dan evaluasi (monev). Dari kuartal (Q) ke-4 (Q4)
2010 sampai Q2 2016 yang melibatkan 97 dokter swasta, total kasus yang dinotifikasi berjumlah 5414 di Jakarta, 2063 di Bekasi, dan 2279 diTangerang. Di Surabaya, program PPM memiliki kekuatan dalam pemeriksaan dahak bakteriologis dalam penegakan diagnosis yang mencapai 90-94%. Di Medan, kontribusi PDPI sangat besar dalam pelaporan kasus TB yang mencapai 23% dari kasus TB yang ternotifikasi di Medan. Di Malang bahkan mencapai
keberhasilan tertinggi dalam pemeriksaan dahak untuk penegakanan diagnosis yang mencapai 99%. Para dokter paru di Indonesia akan terus berjuang dalam membantu bangsa dalam meningkatkan notifikasi kasus TB dalam rangka mencapai cita-cita eliminasi dan eradikasi TB.
PDPI Terus Berkarya untuk Bangsa
Walaupun PPM merupakan komponen penting dalam cita-cita besar
memberantas TB, tapi bukan satu-satunya program dan kontribusi PDPI. PDPI
terus mengembangkan dan mendukung penanganan TB yang lebih baik dari
tingkat pusat sampai perifer, pengadaan dan pengembangan alat dan
teknologi baru dalam mendeteksi TB, perlindungan sosial, dan jaminan
kesehatan menyeluruh guna menurunkan kasus TB 10% / tahun. PDPI juga
terus mendukung penelitian serta pengembangan vaksin TB, obat-obat anti-TB
baru dan kombinasinya untuk menangani TB aktif dan TB laten, dan alat-alat
pemeriksaan yang akurat di semua tempat penanganan TB guna mencapai target
penurunan kasus 17% / tahun.
PDPI sebagai perhimpunan terdepan yang berkomitmen untuk berperan aktif penanggulan penyakit respirasi masyarakat Indonesia seperti halnya TB. PDPI akan terus maju bersama mendukung pemerintah dalam mencapai Indonesia bebas TB 2035. Akhir kata, PDPI akan terus berjuang bagi kesehatan bangsa. Mari berjuang bersama.
TOSS TB !! Temukan dan obati TB sampai sembuh !!!
Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar