PRESS RELEASE
PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA
DALAM RANGKA
MEMPERINGATI WORLD COPD DAY 2018 / HARI PPOK SEDUNIA PADA
TANGGAL 21 NOVEMBER 2018
“NEVER TOO EARLY, NEVER TOO LATE”.
It’s always the right time to address
airways disease
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic
Obstructive Pulmonary Disease

Penyakit Paru Obstruktif Kronik merupakan penyakit
progresif dan mengancam jiwa
yang diperkirakan mempengaruhi lebih dari 251 juta
orang di seluruh dunia. Sedangkan prevalensi di Indonesia menurut Riskesdas
2013 adalah 3,7% atau sekitar 9,2 juta penduduk. Saat ini menjadi penyebab
utama keempat kematian di dunia, menyebabkan lebih dari 3 juta kematian setiap
tahunnya. PPOK diperkirakan akan menjadi penyebab utama ketiga kematian di
dunia pada tahun 2020. Kesadaran dan stigma masyarakat terhadap penyakit ini
masih sangat terbatas, begitu terdiagnosis, mereka tidak tahu cara mengatasi
dan bagaimana perawatannya lebih lanjut. Sungguh sesuatu yang disayangkan,
lebih dari dua pertiga penderita PPOK tidak menyadari bahwa mereka sedang
menderita penyakit ini.
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap PPOK merupakan
masalah utama dalam
menekan penyakit pernapasan ini. Tahap awal PPOK
sering kali tidak dikenali karena banyak penderita menganggap gejala seperti
sesak napas, batuk kronis dan adanya dahak sebagai kondisi normal yang terjadi
seiring bertambahnya usia atau akibat umum dari merokok. Sedangkan, pada tahap
akhir dari PPOK, sebagian besar penderita sering merasa putus asa karena gejala
dan penurunan kwalitas hidup yang dialaminya.
Hari ini merupakan World COPD Day yang ke-17, diselengarakan oleh Global Initiative
for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD) bekerjasama
dengan profesional kesehatan dan penderita PPOK seluruh dunia. Sebuah
peringatan yang diadakan setiap bulan November untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap PPOK dan meningkatkan perawatannya. Seperti peringatan pada
tahun-tahun sebelumnya, pada World COPD Day tahun ini diadakan ratusan kegiatan
sosial di negara-negara seluruh dunia termasuk Indonesia. Penyebaran informasi
melalui media sosial dan elektronik, sosialisasi kepada masyarakat umum,
peningkatan pemahaman para penderita, dan sosialisasi pengetahuan terbaru
mengenai PPOK kepada profesional kesehatan merupakan beberapa contoh kegiatan untuk
satu tujuan yang sama, yang diselenggarakan di wilayah Indonesia yang sebagianbesar
dipelopori oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
Adapun tema World COPD Day tahun 2018 ini adalah “Never too early, Never too
late.
It’s always the right time to
adress airways disease”, yang
apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti tidak pernah terlalu dini,
tidak pernah terlalu terlambat. Kapanpun adalah waktu yang tepat untuk mengenali
penyakit saluran pernapasan.
Never too early; PPOK paling sering terjadi pada usia lebih dari 40
tahun. Namun,
berbagai faktor dapat berpengaruh pada perkembangan
penyakit ini, bahkan sejak masih dalam kandungan, yaitu gangguan tumbuh kembang
organ pernapasan. Infeksi saluran napas berulang pada masa awal kehidupan juga
berkontribusi pada perkembangan PPOK. Di seluruh dunia, faktor risiko yang
paling sering ditemui untuk PPOK adalah asap rokok dengan berbagai variasi
jenis dan komposisinya. Faktor risiko penting lainnya termasuk debu dan bahan
kimia di tempat kerja dan asap dari bahan bakar untuk memasak pada tempat
tinggal dengan ventilasi yang buruk, terutama di negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, tidak ada kata terlalu
dini untuk mencegah dan mengenali PPOK.
Never too late; Tanpa pengobatan, PPOK merupakan penyakit progresif
yang semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Sesungguhnya, pengobatan PPOK
paling efektif ketika dimulai pada awal perjalanan penyakit. Namun, pada semua
tahap penyakit, telah tersedia pengobatan untuk mencegah perburukan, mengurangi
gejala terutama sesak napas dan memungkinkan penderita untuk berpartisipasi
lebih banyak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menjadi penting untuk
diketahui oleh siapapun bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengobati PPOK.
Kesadaran masyarakat yang baik terhadap PPOK akan
menjadi pintu masuk bagi penurunan beban kesehatan akibat penyakit ini.
Masyarakat harus mengenal dan memahami PPOK dan penyakit jalan napas lainnya
yang dapat berkembang menjadi PPOK, mulai dari faktor risiko, deteksi dini
hingga pengobatan pada berbagai tahapan penyakit. Berbagai komponen masyarakat
terutama profesional kesehatan memiliki peran vital untuk tujuan mulia ini.
Tidak ada batasan tempat maupun waktu, kapanpun merupakan waktu yang tepat
untuk mengenali penyakit saluran pernapasan.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mempunyai
visi dan misi sebagai organisasi profesi yang akan terus memperjuangkan
kesehatan masyarakat khususnya kesehatan pernapasan dengan berbagai sosialisasi
yang terus dilakukan untuk memperkenalkan PPOK kepada masyarakat. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia akan selalu berperan aktif dalam tindakan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk PPOK. Dalam upaya preventif
terhadap penyakit PPOK maka bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah
berhenti merokok. Pelayanan multidisiplin mulai dari penyuluhan, pemberian farmakoterapi,
hingga kolaborasi dengan bagian rehabilitasi medik dan kesehatan jiwa merupakan
bentuk keseriusan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan
bantuan dalam mewujudkan niatnya untuk berhenti merokok. Metode skrining berupa
pemeriksaan spirometri juga dilakukan agar dapat menjaring pasien PPOK sejak
dini. Bagi pasien yang terdiagnosis PPOK, pelayanan kesehatan secara menyeluruh
juga terus diberikan dalam rangka memperbaiki status kesehatan dan meningkatkan
kualitas hidup pasien PPOK. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga turut
mengusulkan dan mendorong ketersediaan obat-obatan PPOK dalam bentuk inhaler
yang terjangkau oleh masyarakat luas dalam program BPJS. Sehingga diharapkan
segala upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk PPOK dapat
terlaksana dan tercapai.
Jakarta, 21 November 2018
Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K),
FISR, FAPSR
Ketua Umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar